Banjir Kritik Jubah Bisht Messi di Seremoni Juara Piala Dunia 2022
Penggunaan jubah Bisht untuk Lionel Messi di seremoni juara Piala Dunia 2022 menimbulkan banjir kritik. Komentar miring ramai-ramai disampaikan beberapa media massa Barat terhadap sikap Qatar mengenakan pakaian tradisional bangsa Arab itu kepada Messi sebelum mengangkat trofi Piala Dunia 2022.
Presenter BBC Sport dan mantan pemain asal Inggris, Gary Lineker menyebut langkah panitia Piala Dunia memberi Bisht untuk Messi merupakan sikap yang mencederai seremoni juara bagi Argentina.
“Ini terlihat memalukan. Mereka menutupi Messi yang sedang memakai jersey timnas Argentina,” kata Lineker dikutip Arab News.
Sementara The Telegraph menyebut penggunaan Bisht adalah ‘Aksi yang Aneh’ sehingga merusak momen terbaik dalam sejarah Piala Dunia. Lalu Mirror dalam berita utamanya memberitakan bahwa Messi dipaksa untuk menutup kostum timnas Argentina.
Namun kolumnis MSNBC Ayman Mohyeldin menyebut bahwa sentimen negatif media massa barat membuktikan bahwa masih ada pandangan bernada rasialisme terhadap penggunaan Bisht pada Messi.
“Langkah yang diambil oleh jurnalis Barat menunjukkan bahwa mereka masih tidak peduli atau memamerkan narasi kebencian terhadap budaya lokal,” ujar Ayman.
Belakangan penyelenggara Piala Dunia 2022 memberikan alasan memberi jubah Bisht untuk Lionel Messi di seremoni juara Piala Dunia 2022.
Sekretaris Jenderal Supreme Committee for Delivery & Legacy (SC), Hassan Al Thawadi menyampaikan bahwa jubah tersebut adalah budaya dari negaranya dalam acara besar.
“Itu adalah pakaian acara resmi dan dipakai untuk perayaan. Itu dilakukan untuk selebrasi terhadap Messi,” kata Hassan kepada BBC Sport via CNN.
Lebih lanjut Hassan mengatakan sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022, Qatar melihat kesempatan mempromosikan budaya ke mata dunia. Itu menjadi alasan pihaknya memberikan jubah spesial untuk Messi sebelum mengangkat piala.
“Piala Dunia punya kesempatan menunjukkan budaya Arab dan Muslim. Ini bukan tentang Qatar, ini adalah selebrasi kedaerahan,” ujarnya.
“Orang-orang dari latar belakang yang berbeda boleh datang dan merasakan apa yang ada di sini dan memahami meski tidak bertatap muka. Kita bisa merayakan ini bersama-sama,” ucapnya menambahkan.
Sumber : cnnindonesia.com